Sabtu, 19 Juni 2010

Listrik Naik, SBY Minta Pengertian Masyarakat

0 komentar
JAKARTA- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) memang akan berdampak pada kenaikan harga barang.
Namun, kenaikan harga yang akan terjadi masih dianggap rasional, karena kebijakan itu telah dihitung secara matang. Menurut Presiden, jika dihitung, komponen biaya listrik industri dan perusahaan menurut kajian lima universitas sekitar 4,5 persen.

"Jika dinaikkan 12 persen, dari 4,5 persen cost of production, yang berangkat dari biasanya, (tarif) listrik tentu akan ada tambahan sedikit," ujarnya di Istana Cipanas, Jumat 18 Juni 2010.

Seperti diketahui, kenaikan tarif listrik tidak dikenakan kepada pelanggan berdaya 450-900 volt ampere (VA). "Semua sudah kami pertimbangkan dampaknya. Tapi ada perlindungan, kemudian kami tinjau dari daya beli rakyat," ujarnya.

Menurut Yudhoyono, sepertiga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dihabiskan untuk membayar bunga utang dan subsidi. APBN 2010 sebesar Rp 1.126 triliun, dengan pendapatan Rp 992 triliun dan defisit Rp 133 triliun atau 2,1 persen. 

Untuk subsidi BBM dan gas menghabiskan Rp 90 triliun dan listrik Rp 55 triliun. Jika ditambah dengan subsidi pupuk menghabiskan seperlima APBN.
Jika subsidi terus bertambah, SBY melanjutkan, APBN bisa jebol. Akibatnya, pemerintah tidak bisa membiayai kebutuhan lain seperti pendidikan, kesejahteraan, dan pengurangan kemiskinan. 

"Oleh karena itu, sejalan dengan pengamatan pada pertumbuhan perekonomian terhadap daya beli masyarakat, maka manakala beban berlebihan harus dikurangi beban itu. Setelah sekian lama tak ada penyesuaian TDL, ada penyesuaian secara terbatas," katanya.

Presiden meminta pengertian dari rakyat, karena kebijakan itu sudah dipertimbangkan secara matang untuk menyelamatkan kepentingan perekonomian. "Kami (naikkan) sambil tetap memberi perlindungan bagi masyarakat berpenghasilan rendah," ujarnya.(net)

0 komentar:

Posting Komentar