Rabu, 03 Maret 2010

Rahasia Dapur Kopi Bubuk Sahabat Eksis 11 Tahun Terapkan Prosedur Ketat Demi Mutu Terbaik

0 komentar

Kerja keras dan kegigihan Madian mengembangkan usaha penggilingan kopi bubuk membuahkan hasil manis. Sebelas tahun sudah Ia menekuni bisnis ini, dan semuanya berawal dari modal cekak. Berikut penuturannya.

Rehanudin Akil, Mesat Seni
KEMARIN (2/3) untuk kedua kalinya saya berkunjung ke Usaha Kecil Menengah (UKM), Kopi Bubuk Sahabat, di Jalan Patimura RT 2 Kelurahan Mesat Seni, Kecamatan Lubuklinggau Timur II. Setelah kunjungan pertama pada akhir Oktober 2009 lalu. Saat tiba di usaha penggilingan kopi terbaik tahun 2009 versi Dekopinda Kota Lubuklinggau, arloji saya menunjukkan pukul 11.30 WIB.
Banyak perubahan pada kunjungan kali ini, pagar rumah dan pekarangan seluas 940 M2 terbentang kokoh laiknya jiwa sang pemilik, Madian. Terik matahari tak mengusik suasana perbincangan kami. Pasalnya lingkungan rumah yang juga menjadi tempat usaha penggilingan ‘Kopi Bubuk Sahabat’ selalu terjaga asri, bersih, hijau dan kesan kuat hiegenis.
Madian mengisahkan kembali kehidupan masa kecilnya. Ia terlahir sebagai anak pertama dari lima saudara, buah hati pasangan Madawa dan Indun di Desa Belani Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas, Desember 1960. Orang tuanya berasal dari keluarga sederhana dengan penghasilan pas-pasan. Kondisi demikian justeru membentuk perilaku bersahaja dan hidup mandiri menjadi budayanya.
Semangat untuk hidup layak, mandiri dan sejahtera mendorong suami Siska Adia Nova, pernah hijrah ke Megapolitan Jakarta. “Waktu itu saya ikut adik saya bekerja sebagai sales/menjual minyak pelumas mesin pabrik tekstil, terutama di kawasan Tangerang,” kenang Madian.
Mengaku bosan jadi karyawan dan tidak tahan setiap melakukan penjualan tidak pernah berjumpa langsung dengan pembeli produk, selalu berhadapan dengan perantara. Akhirnya, Madian memutuskan kembali ke Kota Lubuklinggau. Setiba di kota berslogan ‘Sebiduk Semare’ ia melanjutkan ide ketika berada di Jakarta, yaitu mendirikan usaha pribadi. Penggilingan kopi menjadi jenis usaha pilihan Madian. Pertimbangannya sederhana, ketersediaan bahan baku secara berkelanjutan dan dari sisi biaya produksi terjangkau. “Ketersediaan bahan baku pokok berupa biji kopi dan bahan kayu bakar cukup banyak di kawasan Lubuklinggau dan sekitarnya,” imbuh Madian.
Bermula produksi hanya satu kwintal biji kopi atau setara 75 kilo gram kopi bubuk dalam satu bulan, hingga sekarang usahanya terbukti bertahan. Semua tahapan produksi dia lakukan sendiri, bahkan hingga kegiatan pemasaran. Kegiatan yang disebutkan terakhir, mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi Madian. Karena kondisi ini berbeda dengan ketika ia menjadi karyawan perusahaan menjual minyak pelumas. Selain bangga menjual produk buatan sendiri, Madian pun puas bertemu dan komunikasi langsung dengan mitra bisnis yang membeli produknya.
“Selain kapasitas produksi masih rendah, pemasaran juga saya lakukan mulai dari warung-warung kecil menggunakan sepeda motor. Sebelum dikenal cukup luas tidak jarang produk kopi bubuk yang saya tawarkan mendapat penolakan dari warung atau kedai tertentu. Tetapi saya tidak mau menyerah begitu saja, meskipun alasan mereka (para pedagang, red) sudah menjual kopi bubuk merek terkenal, justru saya lebih semangat lagi memasarkan produk saya,” bebernya.
Untuk meyakinkan mitranya, ia rela menjual kopi bubuk buatannya dengan sistem konsinyasi /titip jual. Serta memberikan garansi tidak keberatan menarik kembali barang yang tidak laku.
Keyakinan dan dorongan semangat untuk memberikan hasil kerja terbaik serta memuaskan konsumen, membuatnya melakukan prosedur ketat dalam proses produksi. Mulai dari penentuan biji kopi bermutu, metoda pencucian, penjemuran, pengosengan, penggilingan hingga pengemasan produk. “Persoalan kebersihan baik orang yang mengerjakan proses produksi, peralatan yang digunakan hingga lingkungan menjadi persyaratan utama, untuk menjaga kualitas produk,” tandasnya.
Hasil kerja keras Madian tidak sia-sia. Terbukti saat ini produksi kopi bubuk rata-rata terjual 1770 KG setiap bulan. Peminat kopi bubuk Sahabat tidak hanya wilayah Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas, tetapi hingga Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Jambi dan Bengkulu.
Peluang perkembangan usaha kopi bubuk milik Madian diyakininya akan semakin cerah. Apalagi sejumlah kepercayaan lembaga perbankan maupun BUMN telah Ia dapatkan. Dan sejak awal 2010 lalu, Madian telah membeli satu unit mobil carry futura yang akan dipakainya untuk kegiatan usaha. Upayanya untuk meningkatkan kapasitas produksi dan omzet usaha sudah menunjukkan hasil nyata. “Mimpi saya dan istri berikutnya ingin membangun rumah dan menunaikan ibadah haji. Meskipun rumah ini bersih dan nyaman, rasa-rasanya kami masih tinggal di dapur,” tutur Madian dengan gaya bicara sedikit kocak.
Penghargaan yang diraih UKM Kopi Bubuk Sahabat, tahun 2006 sebagai UKM terbaik mitra Kantor Cabang Telkom (Kancatel) Lubuklinggau. Pada tahun 2009 sebagai UKM terbaik versi Disperindag dan Dekopin Kota Lubuklinggau. “Sebelum dinobatkan UKM terbaik versi Disperindag dan Dekopin Kota Lubuklinggau, perusahaan saya pernah mendapat kunjungan mendadak Walikota Riduan Effendi. Waktu itu beliau sempat memuji mengenai kebersihan lingkungan UKM Kopi Bubuk Sahabat,” kenangnya.
Bagi Anda yang berminat dan ingin menikmati Kopi Bubuk Sahabat, dapat menghubungi Madian di Jalan Patimura RT 2 Kelurahan Mesat Seni, Kecamatan Lubuklinggau Timur II, Kota Lubuklinggau, atau telepon langsung ke nomor telpon 0733-320045 dan HP 0852 6841 6999.(*)

0 komentar:

Posting Komentar