Misalkan saja rontoknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Senin (24/5). Pangkal permasalahan kejatuhan pasar Indonesia berasal dari informasi RUPS emiten kepada Bapepam dan Bursa Efek Indonesia.
Kabar ini tak pelak menyebabkan aksi jual masif investor atas saham Grup Bakrie. ELTY anjlok 18,8 persen, ENRG 19,32 persen, BNBR 12,9 persen, BTEL 2,11 persen, dan BUMI 16,23 persen. Demikian juga UNSP turun 16,25 persen dan DEWA yang mengalami koreksi.
Sentimen negatif juga dipicu jatuhnya saham sektor tambang 4,5 persen akibat anjloknya harga minyak mentah di bawah US$70/barel dan harga batubara Newcastle 4,3 persen ke US$97,8 per ton.
Pelemahan rupiah ke level 9.280 per dolar AS juga memicu asing melepas saham Indonesia untuk memangkas kerugian (cut loss). IHSG pun meluncur ke titik support 2,600 untuk ditutup pada 2,609, turun 13 poin atau 0,52 persen.
Munculnya peningkatan kekhawatiran krisis Eropa, menyebabkan koreksi terus berlanjut pada Selasa (25/5). IHSG turun hingga 2,502 untuk ditutup pada 2.514, turun 3,66 persen atau 95 poin. Ini adalah koreksi terbesar di kawasan Asia.
Pemerintah Spanyol melakukan penalangan atas dana nasabah perbankan di negaranya, Italia menghentikan penggunaan nilai pasar atas surat berharga perbankan. Sedangkan bursa Asia merosot menyusul munculnya kabar Korut bersiaga perang melawan Korsel.
Hampir seluruh saham unggulan rontok menembus batas support dalam kondisi normal, seperti AALI, ASII, AUTO, INTP, BMRI, BBRI, PGAS dan INCO. Sedangkan saham yang naik adalah yang termasuk kategori defensif seperti TLKM, GGRM dan ISAT.
Namun, sentimen positif dari grup Bakrie berhasil mengubah haluan bursa. Pada Rabu (26/5), IHSG berbalik arah signifikan, menembus titik 2,701 ditutup pada 2.696, naik 182 poin atau 7,27 persen. Angka ini merupakan kenaikan harian tertinggi indeks. Setelah mencatatkan penurunan terbesar di Asia, kini IHSG menjadi yang terbesar di kawasan ini.
Kenaikan merata terjadi pada saham kapitalisasi besar, termasuk saham grup Bakrie. Saham BUMI naik 19,8 persen. Kemudian ENRG yang naik 52 persen, UNSP naik 29,6 persen, BTEL naik 9,9 persen, ELTY 19,3 persen, DEWA naik 38,33 persen dan BNBR naik 23 persen.dipimpin BUMI yang melesat 19,9 persen.
Penguatan ini terjadi setelah Mahkamah Agung (MA) menolak peninjauan kembali Ditjen Pajak atas kasus penyidikan pajak PT Kaltim Prima Coal, anak usaha BUMI. Selain itu juga ada penjelasan pemaparan pelepasan 10 persen saham tanpa HMETD 10 persen pada harga 25 hari ke belakang dari Senin atau Rp2.331/saham. Harga ini jauh di atas harga pasar.
Menyambut libur panjang, IHSG akhirnya berhasil menguat 0,64 persen ke level 2713,923., setelah mixed sepanjang perdagangan akibat profit taking. Hal ini didukung kenaikan bursa Asia dan harga minyak mentah yang naik 4 persen ke US$71,5/barel.
Euro anjlok setelah Financial Times melaporkan bahwa China akan mempertimbangkan kembali mata uang euro dalam investasinya karena krisis utang. Harga surat utang Amerika turun disertai lelang surat utang baru yang sepi peminat.
Meskipun eforia grup Bakrie mereda, penguatan saham grup Astra masih terus terjadi. ASII memimpin kenaikan, dengan terapresiasi 3,6 persen, dan UNTR naik 5,9 persen. Sentimen pembagian dividen ASII sebesar 45 persen dari laba bersih perseroan untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2009 atau Rp1.120 per saham menjadi katalisnya.(net)
0 komentar:
Posting Komentar