Rabu, 30 Juni 2010

Empat Investor Sepatu Asing Masuk Jatim

0 komentar
SURABAYA- Industri sepatu dan alas kaki di Jatim mendapat tambahan unit yang di produksi. Tahun ini, empat investor asing dengan dana sekitar USD 20 juta akan memproduksi masing-masing 1 juta unit pasar sepatu untuk pasar ekpsor.

"Empat investor itu sudah ada yang produksi, tapi ada juga yang sedang set up pabrik. Satu dari Korea, tiga dari Taiwan," kata Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim Sutan RP.Siregar kemarin (28/6).

Masuknya dana asing tersebut dikarenakan Jatim memiliki berbagai keunggulan yang mendukung industri sepatu. Mulai dari mudahnya sumber bahan baku hingga tenaga kerja yang terampil. "Adanya pasar bebas Asean Tiongkok juga membantu masuknya investor asing."

Namun sayangnya, rencana pemerintah menaikan tarif dasar listrik (TDL) pada 1 Juli 2010 mendatang menimbulkan problema baru. Pasalnya, saat ini semua pabrik sepatu di Jatim masih mengandalkan listrik sebagai sumber energi utama mereka. Dan biaya pemakaian listrik sekitar 5-10 persen dari total biaya produksi pabrik sepatu. "Jika TDL naik, maka akan penyesuaian biaya produksi. Yang seharusnya diikuti dengan kenaikan harga produk. Namun dengan membanjirinya produk serupa dri Tiongkok dan India, maka kami tidak bisa melakukan hal itu (menaikan harga)," keluh Sutan.

Masalah kenaikan TDL tidak saja membayangi pengusaha sepatu yang melakukan ekspor namun juga yang menyuplai pasar dalam negeri. Karena itulah, Apersi meminta pemerintah bertindak bijaksana dalam menyesuaikan tarif TDL. Sebab secara jangka panjang malah akan membebani industri. "Mungkin yang perlu di tinjau adalah masalah tarif multi guna. Ini memberatkan pengusaha untuk bisa optimal berproduksi pada jam normal. Oleh karenanya jika memang benar TDL naik, besar harapan kami tarif multiguna bisa dihapuskan."

Indutri sepatu dan alas kaki domestik di Jatim pada semester I tahun ini menunjukan pertumbuhan sekitar 15 persen dari periode yang sama tahun lalu. Dengan total produksi saat ini berkisar 12? 20 juta pasang per bulannya. "Ini dikarenkan pengusaha menyiapkan stok untuk anak sekolah dan Lebaran. Dan kenaikan jumlah produksi ini hanya bagi industri skala menegah dan besar saja. UKM malah turun karena sejak Desember sudah tidak ada permintaan lagi." 

Aprisindo Jatim pada tahun ini memprediksi akan ada kenaikan penjualan minimal 10 persen dari posisi 2009 untuk membantu mendongkrak perekonomian jatim ke level 7 persenan. Pada 2009 kemarin, penjualan di domestic mencapai 400 juta pasang dan nilai ekspor USD 300 juta.(Jawa Pos)

0 komentar:

Posting Komentar