“Sudah saya tandatangani hari ini," ujar Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh dalam pesan singkatnya kepada detikFinance, Kamis (17/6).
Berdasarkan surat Nomor 4186/13/MEM.M/2010/2010 mengenai proyek pengembangan gas bumi Donggi Senoro yang diperoleh wartawan, pemerintah melalui Menteri ESDM memutuskan agar gas bumi yang dihasilkan bila memungkinkan dialokasikan seluruhnya untuk keperluan domestik, atau dengan mempertimbangkan aspek tekno-ekonominya sekurang-kurangnya 25 persen-30 persen untuk keperluan domestik.
“Agar kebijakan pemanfaatan gas bumi tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesanggupan konsumen domestik untuk membeli dengan harga yang wajar,” ungkap Darwin dalam surat yang ditandatangani pada hari ini (17/6).
“Agar pihak-pihak yang berinvestasi merencanakan dan merealisasikan investasinya seefisien dan seekonomis mungkin, demi kelayakan dan keberlanjutan usahanya,” lanjut Darwin.
Selain itu, pemerintah mengingatkan kepada badan usaha yang terkait supaya permasalahan mengenai persaingan usaha yang ada pada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dicermati sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Senada dengan Lukman, Vice President Communication Pertamina, Basuki Trikora Putra menyatakan dengan telah ditandatangani alokasi gas Senoro oleh Menteri ESDM diharapkan seluruh tahap pengembangan proyek tersebut bisa berjalan lancar sehingga bisa mulai beroperasi pada tahun 2013.
“Kita bisa tindak lanjuti ke tahap selanjutnya. Kalau semua berjalan lancar, kami targetkan pada tahun 2013 proyek ini sudah bisa beroperasi,” jelasnya.
Blok Senoro dimiliki PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi dan PT Medco Tomori dengan saham masing-masing 50 persen. Sedang, Matindok dimiliki PT Pertamina EP sebesar 100 persen. Bagian hilir senilai 1,7 miliar dolar berupa pembangunan kilang LNG dengan kapasitas 2,1 juta ton per tahun.
Kilang dimiliki PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) yang merupakan konsorsium perusahaan terdiri dari Mitsubishi Co dengan porsi sebesar 51 persen, PT Pertamina (Persero) 29 persen, dan PT Medco Energi Internasional 20 persen. Proyek Senoro dikembangkan dengan pola hilir (downstream). Dengan skenario tersebut, maka pengembangan hulu terpisah dari hilir, sehingga pemerintah tidak terbebani pengembalian biaya operasi (cost recovery) untuk investasi kilang LNG.(net)
0 komentar:
Posting Komentar