Selasa, 12 Oktober 2010

Petani Harus Kurangi Pemakaian Pupuk Anorganik

0 komentar
AIR KUTI- Dinas Pertanian (Distan) Kota Lubuklinggau terus menghimbau petani agar mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Upaya ini dilakukan guna menjaga kesuburan sawah teknis yang selama ini dimanfaatkan petani di Kota Lubuklinggau.
“Petani sudah memanfaatkan lahan secara maksimal. Bahkan dalam kurun waktu dua tahun, petani bisa menemui musim panen sampai lima kali. Salah satu faktor pendukung agar petani mampu menghasilkan produksi yang maksimal dengan menggunakan pupuk anorganik,” jelas Rusdan Nuzli, Kepala Dinas Pertanian didampingi Nahwan, Sekretarisnya, ketika ditemui kran ini, Senin (11/10).
Hanya saja, tambah Nahwan, petani harus sadar karena tidak selamanya hasil produksi ini akan meningkat jika lahan yang dimanfaatkan terus dipupuk menggunakan penyubur dari jenis pupun anorganik. “Jasad yang mampu menggemburkan tanah bisa saja mati. Bahkan dalam waktu dekat ini bisa terjadi. Oleh sebab itu, kami terus mengupayakan agar petani bisa mengurangi penggunaan pupuk anorganik dengan mengganti memaksimalkan penggunaan pupuk kompos,” terang Nahwan.
Caranya dengan mempermentasikan dami, agar mengendap, dan akhirnya akan memancing bakteri untuk berkembang dan kembali membantu penyuburan sekaligus penggemburan tanah.
Kalau melihat hasil produksi petani lokal pada 2009, Lubuklinggau mampu memproduksi 20.282,6 ton dengan memanfaatkan lahan 3.770 Hektar dan rata-rata produktif setiap Ha mampu menghasilkan 5,38 ton Gabah Kering Panen (GKP). Jika dibandingkan tahun sebelumnya memang produksi mengalami peningkatan.
Namun, jika lahan kita yang sangat sempit ini dimanfaatkan tanpa ada selang istirahat. Maka dikhawatirkan tanah yang digunakan akan mengeras dan tidak lagi subur.
Selain faktor pemupukan, menurut Nahwan, cuaca sepanjang 2010 memberikan dampak positif bagi petani di Kota Lubuklinggau. “Petani kita memafaatkan sawah teknis atau sawah irigasi yang sepenuhnya tergantung pada pengairan. Sementara 2010 ini, hampir setiap bulan selalu ada hujan. Jadi dalam hal pengolahan dan pengairan lahan, kita sama sekali tidak menemui kendala,” jelas Nahwan.
Hanya saja, lanjutnya, mungkin kendala dihadapi oleh petani yang memanfaatkan lahan darat. “Mungkin ada petani yang saat ini sedang membuka lahan baru, atau istilahnya membuka belukar untuk dijadikan arena pertanian. Kendalanya terletak pada keterlambatan masa pembakaran karena musim penghujan masih berjalan berkepanjangan. Namun untuk di Lubuklinggau prosentase ini sangatlah kecil,” paparnya.(Mg03)

0 komentar:

Posting Komentar