Sabtu, 08 Mei 2010

BI : Rupiah dan Saham Terseret Krisis Yunani

0 komentar
JAKARTA - Krisis Yunani menyeret perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia. Kekhawatiran kembali terjadinya krisis keuangan menyebabkan pelaku pasar ambil posisi dengan melepas portofolionya.
Nilai tukar rupiah dalam sehari kemarin melemah hampir 100 poin, sementara indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 71 poin.

“Ini fenomena global, kelihatannya ketidakpastian solusi atas krisis. Itu yang membikin panik pasar dan itu berimbas kepada pasar AS, sehingga terjadi kejatuhan ini,” ujar Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution kepada pers di gedung BI Jakarta, kemarin.

Kurs tengah BI mencatat nilai tukar rupiah melemah 88 poin ke level Rp 9.293 per USD pada perdagangan Jumat (7/5) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 9.205 per USD. Dalam sepekan perdagangan rupiah telah melorot 263 poin, kemerosoton terdalam selama sepekan setelah Indonesia melewati masa krisis ekonomi awal 2009. 
Darmin berharap pelaku usaha tetap tenang. Pelemahan mata uang hampir di seluruh dunia. Meski demikian, ia tetap yakin memburuknya perekonomian global tidak akan menyebabkan krisis perekonomian dunia babak II.

“Tidak, jauh dari itu. Karena secara fundamental ekonomi AS juga lebih baik, kemudian Eropa juga menuju lebih baik. Kecuali Yunani dan memang kemudian orang meragukan Portugal dan Spanyol,” ucap Darmin saat menjawab pertanyaan mengenai kekhawatiran kembali terjadinya krisis global.

Menurutnya, kesalahan kuotasi di bursa AS dianggap telah menyebabkan kepanikan yang luar biasa di pasar saham. Pelemahan yang terjadi di pasar finansial Indonesia, termasuk melemahnya nilai tukar rupiah hingga Rp 9.300-an per USD tidak terjadi sendirian.
“Kita tidak sendirian mengalami hal ini, semua mengalaminya. Kita bukan yang terburuk walaupun bukan yang terbaik,” ujarnya.
Darmin mengatakan, situasi pasar finansial seperti saat ini memang rentan sekali membuat investor lari ke dolar AS karena panik.

Bukan hanya pasar uang, IHSG pun mengalami penurunan 71 poin dalam perdagangan saham akhir pekan yang ditutup ke level 2.739. Kepala Bapepam-Lembaga Keuangan, Fuad Rahmani mengatakan, pelemahan indeks lumrah terjadi, namun tidak sebesar dampak krisis di tahun 2008. “Kita kan baru saja selesai resesi global, resesi besar di sejarah dunia.

Proses recovery ada naikturun kan,” jelasnya. Fuad yakin kemerosotan indeks tidak akan berlangsung lama.(net)

0 komentar:

Posting Komentar