Rabu, 05 Mei 2010

Stok Beras Cukup Untuk Enam Bulan

0 komentar

JAKARTA- Stok beras saat ini tersedia sebanyak 1,4 juta ton. Jumlah ini bisa memenuhi kebutuhan Beras Miskin (Raskin) selama enam bulan ke depan. “Sekarang 1,4 juta ton hingga 3 Mei 2010. Itu kalau 1,4 untuk raskin enam bulan,” ujar Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi, di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (4/5). Meski demikian, Bayu meminta agar stok beras tetap konsisten pada kisaran 1,5-1,6 juta ton. 

Sementara itu, Kepala Bulog Sutarto Alimuso menyatakan, dari 1,4 juta ton stok beras yang tersedia, terdapat pasokan lama sebesar 600 ribu ton. Sedangkan 800 ribu ton merupakan pasokan baru. “Yang masuk sudah hampir 800 ribu ton. Ini saya mau dengan petani. Petani mau masuk 100 ribu ton, sisanya yang 600 ribu stok lama,” tegasnya.
Untuk realisasi penyaluran raskin, Sutarto menyatakan hampir mendekati 90 persen pada bulan lalu. “Penyaluran raskin saat ini sudah mendekati target. Kan setiap bulan ada target, bulan lalu mendekati 90 persen,” ujarnya. 

Kualitas Buruk Picu HPP Gabah Rendah

Rendahnya kualitas Gabah Kering Giling (GKG) pada level petani adalah salah satu penyebab harga di tingkat petani turun. “Tapi kan harga rata-rata totalnya masih di atas HPP. Ada masalah-masalah di dalam harga gabah itu, di antaranya adalah karena masalah mutu,” Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi, di Gedung Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa (4/5).

Ia mengatakan, penurunan kualitas tersebut disebabkan faktor cuaca. Meski demikian, Bayu mengatakan secara rata-rata total Harga Pokok Pembelian (HPP) Gabah masih dalam batasan normal. “Itu yang kita cari solusinya. Kita minta Bulog mencari solusi betul-betul lebih aktif. Sampai saat ini Bulog masih 70 persen menyerap dari targetnya,” tukasnya. Namun, ada sejumlah kasus juga di beberapa daerah, di mana kualitas GKG cukup baik namun ternyata harga GKG di bawah HPP. 

Berdasarkan data BPS, dari keseluruhan observasi selama april, terdapat 151 observasi (23,27 persen) kasus harga di bawah HPP ditemukan di tingkat penggilingan, masing-masing sebanyak 17 observasi (41,46 persen) pada gabah kualitas GKG dan 134 observasi (22,04 persen) pada gabah kualitas GKP. 

Sedangkan di tingkat petani, terdapat 134 observasi (22,04 persen) kasus harga yang terjadi di 14 Provinsi yaitu NAD, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. “Datanya ada di BPS, kira-kira ada di beberapa tempat, nggak banyak, kita langsung memberi perhatian yang tinggi,” ujarnya. 

Harga beras dunia yang menurun drastis menyebabkan sektor beras Indonesia rawan penyelundupan. “Ada potensi kerawanan penyelundupan beras. Kecenderungan ini karena penurunan harga internasional yang cukup drastis,” jelasnya. Menurutnya, untuk mengantisipasi hal tersebut Bank Indonesia harus turun tangan. “Penyelundupan ini rawan dan harus dicermati,” ujarnya.(net)

Ia juga mengakui beberapa wilayah yang harga pokok pembelian pemerintah (HPP) gabahnya lebih rendah dari yang ditentukan. “Tapi itu tidak terjadi pada semuanya. Harga itu memang turun dibanding HPP karena masalah kualitasnya,” pungkasnya.(net)

0 komentar:

Posting Komentar