Sabtu, 05 Juni 2010

Pasar Finansial Menanti ‘Non-Farm Payroll’ AS

0 komentar
Jakarta – Setelah menguat tajam, pasar finansial melaju sideways akhir pekan ini. Pasar menantikan rilis data non-farm payroll yang diekspektasikan mencapai angka tertinggi dalam 26 tahun terakhir. 
Albertus Christian K, periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, sideways pergerakan pasar finansial baik saham maupun pasar uang, karena pelaku pasar yang fokus pada penantian data non-farm payroll di AS yang akan dirilis malam ini.
Karena itu, menurutnya, rupiah bergerak sideways dibandingkan kemarin dengan level terlemahnya 9.220 dan 9.178 sebagai level terkuatnya. Dalam kondisi wait and see seperti ini, menurutnya, volume transaksi di pasar menjadi tipis sehingga pergerakan rupiah tidak terlalu liar. Begitu juga dengan bursa saham. 
“Kurs rupiah pun di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (4/6) ditutup melemah tipis 5 poin (0,05 persen) menjadi 9.190/9.200 dibandingkan kemarin di level 9.185/9.195 per dolar AS,” katanya di Jakarta, Jumat (4/6).
Non-farm payroll AS untuk Mei 2010, diperkirakan, bertambah 535 ribu tenaga kerja baru, dibandingkan sebelumnya yang hanya bertambah 290 ribu orang. Jika ekspektasi ini menjadi kenyataan, angka ini merupakan kenaikan terbesar dalam 26 tahun terakhir. 
Namun, jika dilihat lebih dalam, 300 ribu orang dari 535 ribu itu, berasal dari tenaga kerja yang direkrut pemerintah (pegawai negeri). Sementara itu, biasanya, pasar lebih terfokus pada sektor swasta yang hanya sekitar 180 ribu orang. “Tapi secara keseluruhan tetap berpengaruh positif,” tandasnya.
Akibatnya, secara teknikal, dalam grafik hariannya, mata uang RI ini sedang membentuk formasi three angel. Hal ini mengindikasikan akan terjadinya pergerakan besar baik menguat maupun melemah. “Jika ekspektasi itu sesuai dengan kenyataan, rupiah akan menguat tajam. Apalagi, jika angka non-farm payroll lebih besar, 600 ribu misalnya,” ucapnya. 
Sebaliknya, jika data tersebut berada di bawah ekspektasi, rupiah pun akan melemah tajam. Sebab, angka 535 ribu merupakan angka median, setelah para ekonomi mengharapkan serendah-rendahnya 220 ribu, dan setinggi-tingginya 750 ribu orang. “Karena itu, angkanya bisa berbeda antara ekspektasi dan kenyataannya,” ucap Albertus.
Penantian itu juga memicu sideways-nya dolar AS terhadap mata uang utama. “Terhadap mata uang gabungan negara-negara Eropa (euro), dolar AS ditransaksikan menguat ke level US$1,295 dibandingkan kemarin di level US$1,2325,” pungkas Albertus.
Di sisi lain, Budi Ruseno, Direktur Bhakti Capital Securities mengatakan, pergerakan pasar finansial saat ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor teknikal setelah indeks mengalami penguatan tajam kemarin hampir 3 persen. 
Apalagi, ini merupakan perdagangan akhir pekan, di mana pelaku pasar tidak agresif memegang posisi dalam jumlah besar. “Itu hal itu memicu variatifnya pergerakan indeks,” ujarnya. 
Pada saat yang sama, pasar juga menunggu data-data ekonomi di AS yang akan dirilis di AS yaitu data tenaga kerja (non-farm payroll) dan pengangguran. Data pengangguran, diperkirakan turun dari 9,9 persen menjadi 9,8 persen. “Karena itu, pergerakan indeks lebih dipengaruhi faktor regional daripada domestik,” timpalnya.
Di sisi lain, pasar juga saat ini masih tetap fokus pada proses penyelesaian pemulihan ekonomi Eropa. Pasar mencermati isu-isu yang mencuat dalam pertemuan G20 di Busan, Korea Selatan, hari ini dan besok. “Hasilnya seperti apa, pasar kan belum tahu juga,” ucapnya.
(net)

0 komentar:

Posting Komentar