Jumat, 13 Agustus 2010

Permintaan Naik, Harga Ikut Naik

0 komentar
LUBUKLINGGAU- Lonjakan harga ayam kampung memasuki hari kedua Ramadhan 1431 H sempat dikeluhkan konsumen. Meski demikian pedagang masih menganggap harga ini dalam taraf kewajaran. Dinas Perikanan dan Peternakan menanggapi ini sebagai bagian dari prinsip ekonomi yang sedang dijalankan oleh pedagang. Meskipun stok mencukupi, jika permintaan konsumen meningkat, pedagang punya inisiatif sendiri untuk menaikkan harga barang.

Dinas Perikanan dan Pertenakan, Kepala Bidang Peternakan, Rr. Rita mengatakan stok ayam kampung saat ini cukup. “Permintaan yang semakin tinggi membuat stok juga hanya mencukupi untuk beberapa waktu, terlebih banyak masyarakat mengeluhkan ayam mereka mati tiba-tiba,” jelas Roro Rita Kepada wartawan koran ini, Kamis (12/8).

Namun, setelah petugas Dinas Peternakan mengunjungi lokasi, tepatnya di Temam, ternak ayam yang mati ini tidak ada indikasi flu burung. “Ayam yang mati itu menurut petugas yang kami turunkan ke lapangan, banyak terserang penyakit musiman. Karena keadaan cuaca yang tidak menentu menimbulkan penyakit yang menyerang ternak ayam, sehingga ayam mati mendadak,” jelas Roro Rita.

Selain itu, masih sedikitnya masyarakat yang berminat menernak ayam kampung juga menjadi kendala dalam penyediaan stok. Sesuai dengan hasil pantauan di Pasar Inpres Kota Lubuklinggau saat ini harga daging ayam kampung telah mencapai Rp 40 ribu/kilogram. Sedangkan harga daging ayam negeri Rp 28 ribu/kg.

Sementara itu, memasuki Ramadhan, menurut Roro Rita, konsumen daging sapi justru menurun. “Menjelang Ramadhan, memang konsumen peminat daging sapi meningkat. Bahkan dalam satu hari, sampai memotong 12 ekor sapi. Tapi saat ini, bahkan sampai pertengahan Ramadhan nanti permintaan akan menurun. Mulai hari ini, kami hanya memotong 6 sapi saja. Tapi bisa dipastikan nanti menjelang lebaran, permintaan naik lagi. Hargapun bisa saja mencapai Rp 80 ribu/kg,” terang Roro Rita.

Kenaikan harga daging sapi menjelang lebaran lebih dikarenakan stoknya yang kurang. Sedangkan permintaan terus meningkat. Hal ini disebabkan kesulitan pedagang untuk menyediakan sapi. Ssat ini, pedagang tidak lagi diperbolehkan menjual sapi australia. Oleh sebab itulah, pedagang banyak mengambil dari Lampung. Selain stok yang minim, biaya distribusi dari Lampung juga mulai naik.

Menurut Dinas Peternakan, konsuemn yang membeli daging sapi di beberapa pasar tradisional bukan hanya masyarakat Lubuklinggau. Hampir 70 persen konsumen daging sapi, berasal dari Empat Lawang, Curup, dan Musi Rawas. Sedangkan hanya 30 persennya dikonsumsi masyarakat Lubuklinggau.

Untuk mengantisipasi adanya daging gelonggongan, maupun ayam tiren. Tim dari Dinas peternakan lebih mengintensifkan diri untuk turun ke pasar. “Kegiatan rutin yang kami intensifkan yakni pengawasan langsung ke lapangan. Ini salah satu cara untuk mengantisipasi adanya sapi glonggongan. Dan dari hasil pengawasan sementara, tim Dinas Peternakan belum menemukan adanya indikasi penjualan daging sapi glonggongan,” jelas Roro Rita. (Mg03)

0 komentar:

Posting Komentar