Rabu, 13 Oktober 2010

Bulog Harus Menyesuaikan Harga Pasaran

0 komentar
AIR KUTI- Hasil produksi beras dari Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau pada 2010 mengalami peningkatan. Bulog berpeluang besar menjadi tangan pertama sebagai pembeli hasil produksi petani lokal.
Namun, dalam hal pelaksanaannya ini belum berjalan maksimal. Bulog mengakui rendahnya harga yang ditetapkan Bulog menjadi kendala utama dalam masalah ini.
“Sudah saatnya Bulog memberikan patokan harga beli sesuai dengan di pasaran. Harga yang ditawarkan Bulog terlalu rendah. Sehingga petani lebih tertarik untuk menjual hasil panen mereka kepada tengkulak atau langsung ke pasar,” tambah Nahwan, Sekretaris Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau ditemui koran ini, Senin (11/10).
Mengenai kualitas, lanjut Nahwan, produksi beras yang dihasilkan petani lokal cukup baik. “Bulog membeli hasil panen dari petani lokal dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat, sekaligus membantu agar warga terus mempertahankan potensi pertanian di sebuah daerah. Namun, jika harga beli yang ditetapkan bulog ini tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan tentu masyarakat berangsur-angsur akan beralih pada pembeli yang mampu memberikan jaminan harga yang lebih menguntungkan untuk kehidupan mereka,” terang Nahwan.
Sementara itu, harga beli Bulog yang menggunakan patokan Harga Patokan Pemerintah (HPP) untuk beras yakni Rp 5060 dan Gabah Kering Giling (GKG) Rp 2.800 per Kg. Sedangkan tengkulak maupun pasar sudah berani membeli beras dari petani dengan harga lebih tinggi. Untuk beras jenis IR 64 Rp 5.500 sampai Rp 6.000 per kilogram, dan Rp 3.800 untuk GKG. Harga yang ditawarkan oleh tengkulak ini jauh lebih menggiurkan petani daripada harus menjual hasil panen mereka kepada Bulog.
“Sejujurnya permasalahan harga ini menjadi kendala besar bagi Bulog untuk dalam hal pengadaan raskin dari hasil produksi lokal. Perlu diketahui sebenarnya telah banyak masukan dari Bulog di daerah-daerah lain juga mengusulkan kepada Bulog pusat segera menaikkan harga beli. Hanya saja respon dari Bulog pusat belum ada. Kami juga menantikan keputusan Perum Bulog Pusat,” jelas Meizarany, Kansilog Perum Bulog Lubuklinggau-Mura.
Berdasarkan data dihimpun Bulog, pengadaan raskin dari hasil produksi petani lokal 2010 ini mencapai 3610 ton. Meskipun jumlah ini dinyatakan sebagai peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Namun, Meizarany masih berharap petani lokal tetap bergairah untuk meningkatkan produksi sehingga pengadaan raskin bisa terbantu oleh hasil produksi lokal.
“Kami berharap khusus untuk pengadaan lokal bisa terus meningkat, dengan kualitas beras semakin baik. Setiap kansilog di daerah akan mengupayakan agar usulan-usulan ini bisa dipertimbangkan dan diambil keputusan yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat,” harap Meizarany.(Mg03)

0 komentar:

Posting Komentar