Jumat, 15 Oktober 2010

DKP Antisipasi Gizi Ganda

0 komentar
AIR KUTI- Tingginya konsumsi beras yang dilakukan masyarakat menjadi perhatian Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Lubuklinggau. Ketidakseimbangan konsumsi bahan makanan yang dilakukan masyarakat dikhawatirkan dua hal yaitu terjadinya kekurangan gizi dan munculnya penyakit akibat kelebihan gizi.
Sementara ini, kekurangan gizi belum terjadi di Kota Lubuklinggau. Kalau ada kurang gizi disebabkan sebuah penyakit. Yang mengakibatkan status gizi seseorang dinyatakan buruk.
Sedangkan untuk indikasi kelebihan giz makin merajalela. Kelebihan gizi mengakibatkan sakit jantung, darah tinggi, diabetes dan masih banyak lain.
“Masyarakat perlu memperhatikan benar tentang pola konsumsi ini. Program pemerintah untuk merealisasikan program keanekaragaman pangan bukan semata untuk menghemat beras. Namun, di balik itu pemerintah ingin menuju pada Visi Indonesia sehat,” terang Gumala Murni, Kepala DKP Kota Lubuklinggau, Rabu (14/10).
Rata-rata setiap penduduk di Indonesia mengkonsumsi beras 129 kilogram (kg) per tahun. Kenyataan ini berbanding terbalik dengan kebutuhan beras orang luar negeri, rata-rata setiap penduduk hanya mengkonsumsi 60 kg beras per tahun. “Saat ini, sebenarnya masyarakat sudah berangsur-angsur menyeimbangkan konsumsi pangan, antara karbohidrat, protein, dan vitamin. Namun, keadaan ini belum dilaksanakan secara menyeluruh. Sebab, bagaimanapun kebutuhan orang satu dengan yang lain berbeda,” jelas Gumala.
Lubuklinggau, lanjut Gumala, merupakan daerah strategis. Stok pemenuhan kebutuhan sayur dan buah melimpah. Bahkan produksi beras juga meningkat. 2009 lalu, lahan pertanian 3.770 hektar berhasil memproduksi 20.282,6 ton. Produksi yang dihasilkan ini tentunya belum mencukupi kebutuhan masyarakat selama satu tahun selanjutnya.
Tambah Gumala, keanekaragaman pangan perlu direalisasikan dalam konsep pertanian Kota Lubuklinggau.
Kami berharap masyarakat siap untuk meningkatkan budidaya sumber pangan lokal seperti ubi jalar, ubi kayu, ganyong, garut, talas, jagung, dan sagu. Sebab pangan lokal ini memiliki potensi menjadi alternatif sumber karbohidrat nonberas dan nonterigu. “Misalnya Ubi jalar bisa diproduksi menjadi makanan yang lebih unik dan menarik dengan kemasan yang khas mampu memenuhi konsumsi karbohidrat yang tidak hanya dimanfaatkan sebagai sumber pangan, tetapi bisa dikembangkan menjadi aneka produk lain yang bernilai ekonomi tinggi,” tambah Gumala.(Mg03)

0 komentar:

Posting Komentar